Selasa, 31 Juli 2012

CLODI PERTAMA IDO BAGIAN KEDUA

Lanjut yahhhh .........
selain pempem saya juga beli ananndapers , cuma satu yang jenis celana ekstra serap sistem lidah , harganya murah cuma 30ribuan tapi jujur ga suka banget hmmm jadi ga usah dibahaslah yaaa lagian aku ga jual juga ini ^_^ 
Mulai prewash pempemku yang pertama , cuma tiga kali cuci kering cuci kering terus langsung pake ke ido ,,, hmm lupa awalnya gimana kesannya . yah yang pasti ga tembus gitu.. secara performa pempem ini bener-bener dahsyat dibalik insertnya yang gak gitu tebel bahkan cenderung meragukan karena tipis tapi wuih bisa tahan ampe lewat 4 jam gak bocor loh, insert dan covernya sama-sama quick dry  , bener-bener jadi andalan kalo musim ujan dateng  karena dijemur dalam rumah pun udah kering aja . cuma ya aku ga suka sama cutting nya kok keras gitu ya , berhubung ido ini tipe paha gede ya itu jadinya suka ke-cap bekas cutting nya di paha ido itu ,yah paling dilonggarin dikitlah makeinnya, kasian ido ...

CLODI PERTAMA IDO BAGIAN PERTAMA

Pengen berbagi ke ayah bunda semua tentang clodi baby ido kami ^_^

13 Maret 2012 , Baby ido kami lahir dengan sehat ,lucu dan ganteng ^_^ .... kami menjadi orangtua baru , hmmm rasanya bingung apalagi tentang perabot bayi  tapi alhamdulillah ada nenek nya yang bantu kami kasih tau apa -apa yang mesti disiapin .hmmm , ternyata menjadi orangtua baru itu capek sekali yah hehe tapi ya harus dihadapin kan , huff gak ada lagi yang namanya tidur nyenyak di awal-awal kehadiran ido sayang, malam-malam bangun bergadang buat  menyusuinya dan mengganti popoknya . 

sampai idho 2 bulan , ido pake popok tali , hmm repotnyaaaa ya karena sistem serap langsung ganti kalo udah basah tapi ya enaknya mudah kering jadi gapapa lah yang penting jauh -jauh dari ruam popok  , kulitnya terjaga .


mulai memasuki 3 bulan popok tali udah ga muat lagi di badan ido kami , endut banget , dan lagi ga bisa dibedong lagi ,sudah lincah ,ga tega lah liat dia pake popok tali doang , kondisi aku yang udah mulai  bekerja juga ga mungkin mesti ganti popok dia setiap saat lagi... waktu itu aku cobain dia pake celana , aduh pee nya itu ya otomatis la kemana-mana yah, cucian jadi numpuk ,wuaaaah capeknya, tanpa pembantu tanpa mesin cuci . nah suami dan aku emang dah gak punya niat tuh makein ido disposable diaper , jadi aku tanya-tanya lah ke ibu ku dulu pake apa pas anak-anaknya dah mulai merangkak kesana kemari, weeeeew aku kaget dengernya karena dulu dibiarin aja ma ibu pake celana aja yah kalo pee tinggal di pel ,wew ga mungkin aku kaya gitu , mulai lah searching di mbah google trus ketemu sama benda unyu si clodi ini ^_^ , aku mulai cari tau, baca-baca artikel , review dari mama-mama clodi, ikut milikpopokkain, follow twitternya juga, mulai tau apa itu clodi, perawatannya ,harganya, jenisnya, keuntungannya, dan sebagainyalah.

yah namanya juga buat anak ya aku pengen mastiin gimana sih bahannya kok bisa kering di dalam terus ga bocor pee nya , dan clodi pertama ido ga aku beli secara online karena ya itu pengen megang bahannya . beli pertama cuma tiga karena dari yang aku tau emang cocok-cocokan tapi aku udah dapet merk clodi lokal yang paling digandrungi emak-emak clodi namanya pempem yah langsung aja aku target pempem yang bakal aku coba dulu , beli dua pempem yang snap sama yang velcro . keduanya insert microfiber ,kenapa ga bamboo?? bamboo susah kering dibanding microfiber , cuma itu alasanku.

Senin, 30 Juli 2012

Senin, 23 Juli 2012

Efek samping pemakaian pospak (2)



Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang efek samping penggunaan pospak. Jika masalahnya hanya ruam popok mungkin masih bisa dianggap enteng bagi yang berkantung tebal, orangtua hanya perlu membayar lebih mahal (dengan sering mengganti diaper) supaya bayinya bebas ruam popok. Tapi bagaimana dengan isu kanker dan kemandulan yang dikait-kaitkan dengan disposable diaper?

Pemicu Kanker dan Kemandulan
Pada tahun 2000 beberapa peneliti dari Universitas Kiel, Jerman melakukan sebuah riset mengenai Archives of Desease in Childhood yang dimuat dalam British Medical Journal. Penelitian yang melibatkan 48 bayi laki-laki itu dilakukan selama setahun untuk mengetahui efek yang ditimbulkan oleh disposable diaper. Para peneliti yang melakukan studi tersebut melaporkan bahwa bayi laki-laki yang menggunakan disposable diaper temperatur skortumnya (kantung kemaluan) mengalami kenaikan beberapa derajat dibanding yang tidak memakai. Bagi seorang bayi laki-laki yang skortumnya sedang berkembang, hal tersebut merupakan perkara yang serius. Karena untuk memproduksi sperma dalam jumlah yang banyak, skortum harus bisa menjaga temperatur testis supaya suhunya lebih rendah dari suhu badan. Oleh sebab itu kenaikan satu derajat pun akan merusak kinerja skortum sebagai “mesin pendingin” testis. Tentu saja fenomena ini akan membuat produksi sperma terganggu, yang berarti kesuburan pria akan menurun. Peneliti yang melakukan studi tersebut menyatakan, “peningkatan temperatur skortum yang disebabkan oleh pemakaian disposable diaper akan mempengaruhi kualitas sperma bayi laki-laki dan meningkatkan angka terjadinya kanker testis di usia dewasa.” Mereka juga mengatakan kalau fisiologi mekanisme pendingin testis mengalami kerusakan secara signifikan.
Dalam melakukan studinya mereka juga meneliti pria Eropa yang lahir pada tahun 1975 (tidak lama setelah disposable diaper menjadi begitu populer dan digandrungi). Para peneliti itu terkejut dengan penemuannya, ternyata jumlah sperma pria Eropa mengalami penurunan hingga 25% dalam 25 tahun terakhir. Sekitar 27000 pria Inggris yang sudah menikah menjalani perawatan ketidaksuburan setiap tahunnya, dan angka kejadiannya meningkat hingga 55% pada tahun 1995. Tim Hedgley, ketua National Fertility Assosiation mengatakan, “penelitian ini begitu mengejutkan dan penting untuk diketahui.”
Sementara itu, Dr. Simon Fishel, direktur Centre of Assisted Reproduction (Nottingham, Inggris) mengatakan, “teori tersebut sangat masuk akal dan saya tidak terkejut dengan hasilnya. Bagaimana pun disposable diaper dapat meningkatkan temperatur skortum bayi laki-laki dan tentu saja hal itu merupakan masalah besar karena kinerja skortum akan terganggu.” Sayangnya produksi besar-besaran disposable diaper tidak disertai penelitian terlebih dahulu terhadap efek sampingnya. Sehingga ada kemungkinan angka kejadian akan terus meningkat seiring dengan kurangnya pemahaman masyarakat tentang efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh pemakaian disposable diaper.

Bahan Kimia Berbahaya dalam Disposable Diaper
Isu kenyamanan yang digencarkan oleh produsen diaper selalu berkisar pada masalah daya serap tinggi yang membuat kulit bayi tetap kering. Yah, tentu saja, Sodium Polyacrylate memang bisa bekerja sebagai super absorbent yang hebat, bahan yang berbentuk serbuk sebelum dicampurkan pada lapisan dalam disposable diaper memiliki daya serap lebih dari 100 kali dari beratnya di dalam air. Bahan kimia inilah yang mengubah cairan menjadi gel yang akan menempel di kulit bayi dan menimbulkan reaksi alergi. Disamping itu, bahan ini juga dicurigai sebagai biang keladi iritasi kulit dan demam. Ketika disuntikkan pada tikus percobaan menimbulkan hemorhage, kegagalan kardivaskuler, bahkan kematian. Anak-anak bisa terbunuh jika menelan 5 gram Sodium Polycrylate. Selain itu, bahan ini juga merusak daya tahan tubuh dan menurunkan berat badan para pekerja pabrik yang memproduksinya.
Bahan kimia lain yang terkenal tingkat bahayanya adalah dioxin. Dioxin dihasilkan dari proses produksi pemutih kertas. Sementara itu proses produksi disposable diaper menggunakan dioxin dalam bentuk gas klorin. Dalam artikel yang berjudul “Whitewash; Exposing the health and environmental dangers of woman’s sanitary product and dsposable diaper – what you can do about it”, Liz Amstrong dan Adrienne Scott menyatakan kebanyakan industri kertas melakukan proses pemutihan dengan menggunakan pulp whiter daripada klorin. Penyebabnya tak lain adalah bahan kimia yang termasuk dalam organoklorin (termasuk di dalamnya dioxin) ini sangat beracun dan bersifat persisten (menetap dalam tubuh).
Tributyl Tin (TBT) juga termasuk bahan yang digunakan dalam produksi disposable diaper. Bahan kimia ini selain menyebabkan pencemaran lingkungan juga sangat beracun. Penyebarannya bisa melalui kulit, jadi bisa dibayangkan tingkat bahayanya kalau kulit bayi yang sensitif memakai diaper yang mengandung TBT. Karena saking beracunnya bahan kimia ini dalam konsentrasi yang sangat kecil pun bisa mengakibatkan gangguan hormon disamping mengganggu sistem kekebalan tubuh. Tak tanggung-tanggung, orangtua yang memiliki bayi laki-laki perlu waspada karena bahan ini bisa menyebabkan kemandulan (pada bayi laki-laki). Ginny Caldwell dalam artikelnya yang berjudul Diapers. Disposable or Cotton?, menyatakan bahwa kerusakan dalam sistem saraf pusat, ginjal dan lever bisa disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya yang ditemukan dalam disposable diaper.
Pada tahun 1999 The Archive of Environtmental Health melaporkan sebuah studi yang dilakukan oleh Anderson Laboratories. Dalam studi tersebut mereka membuka kemasan diaper lalu meletakkannya di dekat tikus-tikus percobaan. Tikus-tikus yang terekspos diaper tersebut menderita bronchoconstriction yang menyerupai serangan asma Tak hanya itu, tikus-tikus tersebut juga mengalami iritasi mata, kulit dan tenggorokan. Di dalam sebuah ruangan yang luas sekalipun emisi dari disposable diaper cukup mampu membuat tikus-tikus ini terserang asma. Bahan kimia yang ditemukan dalam disposable diaper yang mampu menyebabkan iritasi tenggorokan antara lain tolune, xylene, ethylbenzene, styrene, dan isopropylbenzene.
Tentu saja berbeda dengan popok kain yang terkenal aman karena tidak mengandung bahan kimia. Tikus-tikus percobaan tidak mengalami gangguan pernafasan seperti tikus-tikus yang terkena emisi diaposable diaper. Jadi sekarang saatnya mempertimbangkan lagi penggunaan disposable diaper supaya bayi aman dari efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh disposable diaper.

by Diena Ulfaty

Diena Ulfaty adalah alumni Fisika yang pernah terlibat dalam RUT IX di ITB tahun 2002 – 2004. Salah satu penelitiannya (mengenai superkonduktor) dipublikasikan dalam Jurnal Fisika Indonesia 2003. Sekarang Diena tinggal di Bandung dan menekuni dunia penulisan cerita.Bukunya yang berjudul Inspiring Stories for Kids yang berisi 20 Kisah Teladan tentang Kepahlawanan, Kesabaran, Kejujuran, dan Cinta telah diterbitkan pada akhir Nopember 2008. Reviewnya bisa dibaca selengkapnya di http://dienaulfaty.wordpress.com. Buku juga sudah bisa diperoleh di TB. Gramedia, dll, atau bisa pesan langsung ke penulisnya melalui diena.ulfaty@gmail.com

dikutip dari : http://everlasting-journey.com

Efek samping pemakaian pospak (1)



Setelah disposable diaper atau popok skali pakai (pospak) dibuat pertama kali oleh Victor Miller di tahun 1950, nama Pampers langsung melejit dan menjadi populer di seluruh dunia. Orangtua merasa senang dengan inovasi popok modern ini. Bagi mereka, disposable diaper adalah solusi yang tepat untuk masalah pipis dan berak para bayi. Selain bayi bisa tidur tenang karena “tidak terganggu” basah, orangtua pun senang karena tidak perlu mendengar tangis bayi karena ngompol. Tapi beberapa waktu lalu, sebuah penelitian memaparkan kalau disposable diaper sangat tidak aman bagi bayi, antara lain masalah ruam popok.

Seorang ibu rumah tangga bercerita kalau bayinya yang berumur satu bulan mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper. Ia mencoba beberapa diaper dari yang murah hingga yang mahal (produk impor) tapi hasilnya tetap sama, daerah di sekitar pantat bayi menjadi kemerahan dan nampak lecet. Ia berpikir kalau disposable diaper akan membuat bayinya tetap kering seperti yang diiklankan di televisi, dan terhindar dari ruam popok. Tapi nyatanya? Bayi mungilnya tak urung sembuh. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke popok kain. Memang pada awalnya, ia rela membayar mahal demi kenyamanan bayinya dengan popok modern. Namun setelah berpikir untung ruginya, ia menyadari kalau popok kain adalah pilihan terbaik untuk putranya.

Lain halnya dengan ibu tadi yang hanya dipusingkan dengan masalah ruam popok, Consumer Protection Agency melaporkan masalah sehubungan dengan pemakaian disposable diaper, mulai dari pembakaran bahan kimia, pemakaian bahan kimia berbahaya dan bau insektisida sampai kelakuan bayi yang sering menarik dan meletakkan disposable diaper ke hidungnya atau mulutnya.
Menurut laporan Journal of Pediatrics terdapat 54% bayi berumur 1 bulan yang mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper. Dalam artikel yang berjudul Disposable Diapers : Potential Health Hazards, Cathy Allison menyatakan kalau Procter & Gamble (produsen Pampers dan Huggies) melalui penelitiannya memperoleh data mencengangkan. Angka ruam popok pada bayi yang menggunakan disposable diaper meningkat dari 7,1% hingga 61%. Sementara itu Mark Fearer dalam artikelnya yang berjudul Diaper Debate-Not Over Yet menyatakan beberapa hasil studi medis menunjukkan angka peningkatan ruam popok dari 7% pada tahun 1955 sampai 78% pada tahun 1991.
Penyebaran ruam popok merupakan fenomena yang terjadi di permukaan disposable diaper. Hal itu disebabkan oleh alergi terhadap bahan kimia, kurangnya udara, temperatur tinggi karena dilapisi plastik yang sifatnya mempertahankan kalor (panas) di area popok, dan bayi jarang ganti karena mereka merasa kering meskipun pantat dalam keadaan lembab (basah).
Sebenarnya masalah ruam popok bisa diatasi dengan mengganti diaper sesering mungkin. Procter & Gamble melaporkan kalau rata-rata konsumen produk mereka mengganti diaper 5 kali sehari. Tapi beberapa peneliti dan ahli medis menyarankan agar mengganti diaper setiap 2 jam sekali. Yayayaya….great idea, tp berapa rupiah yang akan terbuang ditumpukan sampah diaper??? seperti yang telah kita hitung bersama pada artikel sebelumnya…waow, sungguh angka yang fantastis J

Heppi cloth diapering Mom’s

Ibu bijak dan cerdas pasti memilih clodi…

dikutip dari : http://everlasting-journey.com

pertanyaan seputar clodi



Kapan si kecil bisa menggunakan clodi?

Beberapa clodi sudah muat untuk bayi dengan berat 4 kg. Atau setidaknya bayi berusia 1-2 bulan, karena biasanya bayi newborn (0-1 bulan) masih menggunakan popok kain tipe flat. Selain karena biasanya bobotnya yang masih kecil, juga frekuensi pipis dan pupnya yang sering banget…jadi msh sayang klo dipakein clodi

Jika saya tertarik, clodi seperti apa yang sebaiknya menjadi pilihan?

Hal paling penting dalam membeli clodi adalah bahwa clodi dibeli untuk digunakan oleh si kecil, perlu saya tegaskan disini karena emaknya biasanya lbh tertarik dan gampang jatuh cinta dengan motif2nya yang menggoda . Karena itu kriteria pentingnya adalah, fungsi (menyerap dengan baik) serta kesesuaian ukuran dengan bayi. Untuk usia newborn, ya kirakira 1-7 bulan sebaiknya pilih yang cuttingnya trim sehingga terlihat slim dan tidak bulky. Lebih detailnya bisa diliat di review clodi.

Berapa banyak clodi yang dibutuhkan?

Jika kita memperkirakan mengganti clodi setiap 4 jam sekali, maka setidaknya kita membutuhkan 6 clodi perhari. Jumlah ini untuk pemakain sehari. Lalu pertimbangkanlah berapa sering anda mencuci. Jika mencuci sekali sehari, kirakira dibutuhkan 2 x 6 atau 12 clodi inti dan 3 sebagai cadangan jadi total 15 clodi. Perlu diperhatikan pula insert cadangan, jika sewaktu-waktu cuaca tidak mendukung. Maka disarankan membeli clodi dengan 2 insert dalam satu paketnya, disamping itu harga akan jauh lebih murah daripada beli insert diluar clodi.

Apa yang harus dilakukan dengan clodi baru?

Sebelum digunakan clodi baru sebaiknya dilakukan prewash terlebih dahulu untuk lebih memaksimalkan daya serapnya.

Berapa lama clodi dapat digunakan?

Clodi dapat bertahan untuk pemakaian kurang lebih 4-6 jam. Biasanya bagian yang basah adalah lapisan penyerap (insert). Jika hanya insertnya yang basah maka penggantian cukup insertnya saja.

Berapa lama usia clodi?

Clodi bisa digunakan oleh si kecil hingga ia lulus toilet training (2 tahun) bahkan dapat diwariskan kepada adik2nya kelak. Ini tentu saja jika dilakukan perawatan dan penanganan yang baik terhadap clodi. Tips perawatan clodi bisa dilihat disini.

Smentara ini dulu deh, jika ada pertanyaan lainnya soal clodi ? please leave comment… dan smoga saya bisa membantu

dikutip dari : http://everlasting-journey.com

PREWASH CLODI


Apa yang harus saya lakukan dengan clodi baru?

Seperti halnya ketika membeli baju baru, tentu saja kita tidak boleh langsung mengenakannya pada si kecil. Kita harus melakukan prewash terlebih dahulu, yaitu mencucinya sebelum digunakan.

Prewash bisa dilakukan dengan mencuci menggunakan tangan atau menggunakan mesin cuci. Berbeda dengan pakaian biasa yang cukup dicuci sekali, prewash pada cloth diaper sebaiknya dilakukan minimal 3 kali (cuci – kering – cuci – kering- cuci – kering – pakai).

Tujuan dilakukannya prewash adalah menghilangkan lapisan finishing pada proses pembuatan atau proses pengepakan. Selain membuat cloth diapers lebih sehat, penghilangan lapisan finishing ini juga menambah daya serap cloth diapers dan noda pup lebih mudah terangkat sehingga manfaat clodi bisa maksimal.

Hepi cloth diapering mom’s

Merawat Clodi

Seberapa lama clodi bertahan?Pertanyaan ini kerap ditanyakan kepada saya, Jawabannya tentu saja tergantung dari bagaimana kita merawat clodi. Dengan perawatan yang baik, tentu saja clodi akan terus berfungsi baik, bahkan dapat diwariskan kepada adik si bayi kelak.

Perawatan clodi dimulai dari bagaimana mencuci clodi.

- Saat pertama kali memiliki clodi lakukan prewash.

- Pilihlah deterjen yang tidak mengandung bahan pemutih atau pelembut. Dan gunakan takaran setengah dari saran pencucian yang disyaratkan deterjen.

- Untuk clodi model velcro, sebelum mencuci tempelkan Velcro pada tab. Ini penting dilakukan agar Velcro tidak rusak saat pencucian, yang berarti memperpanjang usia Velcro.

- Buang kotoran (noda pup) yang melekat dengan cara menyiramkan air.

- Pencucian bisa dilakukan secara manual atau menggunakan mesin cuci. Hindari menggunakan sikat pada proses pencucian. Sebisa mungkin pastikan bahwa proses pencucian tidak menyisahkan deterjen.

- Hindari mencuci menggunakan air panas terutama untuk outer berbahan PUL. Sebaiknya gunakan air biasa atau suam-suam kuku.

- Penjemuran menggunakan sinar matahari langsung lebih disarankan kerena kering lebih maksimal.

- Jika daya kerja clodi mulai menurun, biasanya ditandai dengan seringnya bocor dan clodi berbau pesing dan apek, maka sgera Lakukan proses stripping. Atau lakukan stripping minimal 3 bulan sekali.

dikutip dari : http://everlasting-journey.com

Istilah bahan dan bagian Clodi

Sebelumnya, cloth diaper secara umum terbagi atas bagian-bagian ini (urut dari luar ke dalam):

Bagian Penutup/ Cover/ Outer : sebagai bagian penahan air, juga sebagai bagian yang berfungsi fashionable. Cover bisa bermacam corak, dan warna. Bisa terbuat dari polyester, wol, katun, velour. Ada yang memadukan bahan-bahan ini dengan PUL (hayo..mahluk apa ini?)

Bagian Penyerap Cairan/ Insert : sebagai lapisan yan rata-rata tebal, penyerap cairan. Bisa terbuat dari katun, microfiber, hemp, flanel, terry, bamboo

Bagian Dalam/ Inner : sebagai bagian penyerap awal saat ada cairan, bersentuhan langsung dengan pantat bayi. Bisa terbuat dari suedecloth, microfleece, flanel.

Pin/ Snap/ Velcro, digunakan sebagai “pengikat/pengencang” cloth diaper (tapi ini paling luar, hehehe..)

Nah, sekarang soal bahan-bahannya ni..

POLYESTER dan CAMPURAN POLYESTER


Polyester yang berwarna-warni

Serat sintetis yang tahan lama, mudah kering, mudah dibentuk, daya tahan kuat, dan mudah perawatannya. Polyester mudah dicampur dengan serat lain (seperti katun), sehingga menghasilkan bahan yang kuat, namun lebih adem di kulit atau wol.

Polyester banyak digunakan sebagai bahan lapisan luar cloth diaper. Baca di beberapa cloth diaper merk terkenal, kebanyakan menulis 100% polyester. Hem, kenapa yah? Padahal menurut saya polyester yan digabung dg katun akan lebih berasa adem di kulit bayi. Lebih breathable.

Beberapa cloth diaper indonesia juga menggunakan bahan polyester sebagai lapisan penahan airnya sebagai pengganti PUL. Kadang disebut juga sebagai bahan jas baby.

WOL

wol diaper Anyaman serat alami (euh, sekarang juga dah banyak yang campuran ding) yang berasal dari domba. Relatif tebal. Sifatnya yang anti air, namun breathable membuatnya populer untuk dipilih sebagai penutup popok alias cover.

Wol menyerap hingga 30% dari berat dalam cairan tanpa membuat kulit terasa basah. Wol memiliki sifat antibakteri alami sehingga tidak perlu dicuci sesering serat lainnya. Walaupun memang membutuhkan perawatan khusus, mencuci wol tidaklah sulit.

Karena seratnya tebal, perlu waktu agak lama menunggu wol kering . Musuh ibu-ibu di musim hujan, hehehe
VELOUR


velour cover Kain yang menyerupai beludru jika dipegang, namun lebih tipis. Terlihat mewah. Lebih tebal dari polyester, namun lebih ringan dari wol. Velour yang digabungkan dengan polyester memiliki daya tahan lebih.
KATUN


cotton diaper Kain dengan serat yang tidak terlalu tebal, lembut, motif dan warna menarik kadang membuatnya dipilih sebagai cover cloth diaper. Sayangnya, daya tahannya diragukan. Dicuci berulang kali bisa membuat warnanya pudar, dan seratnya semakin tipis.

Apalagi katun bersifat menyerap air dengan cepat. Lama-lama bisa bocor. Tapi ada juga yang memilihnya karena tidak takut diaper anaknya bocor, yang penting “adem”.


PUL – Polyurethane Laminate


PUL meteran

PUL adalah sebutan untuk plastik plastik polyurethane (iya, ini termasuk kategori plastik juga) tahan air yang di “laminating” dengan cover. PUL berfungsi sebagai lapisan penahan air agar cloth diaper tidak bocor. Dengan adanya teknologi PUL ini, cloth diaper bisa jadi tipis, ga pake lapisan plastik lain yang terpisah^^, namun tetap breathable.

Namun perhatikan cara perawatan PUL. Perawatan (pencucian dan pengeringan) yang salah bisa membuatnya rusak, retak, berbau, hingga bocor. Karena kebanyakan orang Indonesia tidak familiar dengan perawatan bahan ini, beberapa produsen cloth diaper Indonesia menggantinya dengan bahan polyester lain. Sebaiknya perhatikan petunjuk perawatan dari masing-masing produsen.

PUL juga memiliki tingkatan. Jangan asal murah. Coba bandingkan PUL pada cloth diaper yang harganya relatif murah dengan yang relatif mahal. Hm hm hm , harga memang tidak menipu. Perlu diingat, harga PUL cenderung mahal, karena untuk melaminasi PUL dengan lapisan outer di sebuah pabrik butuh biaya besar .

Pernah baca review salah satu ibu di Amrik sono, cloth diaper dengan PUL “murah” diragukan daya tahannya. Ga ilmiah sih analisa saya, cuma PUL clodi merk US Qia yang pertama masih baik (meski kalo di zoom, mulai ada retaknya dikit), sedang clodi merek something2 yang saya beli murah dah lebih banyak retaknya . Heu..

dikutip dari : http://diladisini.wordpress.com

CARA MENCUCI CLODI

Menggunakan dan merawat popok kain modern (cloth diaper, clodi) ibarat pepatah ‘alah bisa karena biasa’. Awalnya ada yang merasa, “ribet, deh!”. Kalau tidak mengerti betul, ada juga yang merasa, “mau praktis kok malah repot, sih? Cape, deeeh!”. Meski demikian, ibu-ibu pengguna popok kain modern kini semakin banyak. Sebab, kerepotan yang terasa berat di awal, sebenarnya adalah pekerjaan harian biasa yang mudah dikerjakan. Karena belum terbiasa maka rasanya sulit sekali. Setelah terbiasa, secara otomatis Ibu atau asisten di rumah akan jauh lebih mudah mengerjakannya.
Popok kain modern ada banyak jenisnya. Antara lain fitted diaper, prefold diaper, pocket system, All in Two (AI2), All in One (AIO) dan cover system*. Tetapi pada intinya, cara perawatannya sama: tidak perlu direndam lama, dicuci dengan sedikit deterjen dan dibilas sampai hilang busanya.
Perbedaan dari macam-macam jenis tersebut diatas, biasanya mempengaruhi cepat-lambatnya waktu pengeringan.
Nah, berikut ini detail cara pencucian dengan pilihan cuci dengan tangan dan dengan mesin cuci. Umumnya, dengan cara berikut ini, popok tidak akan beraroma khas amonia setelah kering.
Happy cloth diapering!
*****

Mencuci dengan Tangan
Jika si kecil buang air besar, buang kotoran ke dalam kloset, siram untuk menghilangkan sisa kotoran yang menempel
Jika belum sempat mencuci selama 2 – 3 hari, sebelum ditaruh di ember, kucek sebentar di bawah air mengalir untuk membuang sisa ompol
Kumpulkan popok kotor di ember kering (dry pail)
Saat hendak mencuci, siapkan ember berisi air dan gunakan 1/4 takaran deterjen tanpa pemutih, pewangi dan pelembut, dan hindari deterjen dengan kandungan enzim pengangkat kotoran. Rendam sebentar, sekitar 15 – 30 menit
Kucek popok, tidak perlu sekuat tenaga saat mengucek dan memeras. Simpanlah energi dan tenaga dalam Ibu-ibu untuk bermain bersama si kecil saja.
Bilas 2 atau 3 kali sampai busa hilang. Kalau ada bau ompol membandel, bilas di bawah air mengalir.
Peras popok secukupnya, jemur dengan inner menghadap matahari
Setelah kering, lipat dan simpan di lemari pakaian si kecil.
Mencuci dengan Mesin Cuci
Sharing dari Anna:
“Untuk pencucian sehari-hari, aku menggunakan mesin cuci semi-automatic dua tabung. Cara pencucian aku biasanya seperti ini:
Bekas pup dikucek sampai bersih, jadikan satu dengan popok kotor lainnya
Bilas popok kotor bekas ompol dengan air biasa tanpa deterjen sebanyak dua kali
Bilas dua kali tanpa deterjen
Baru dicuci bersama baju Seno lainnya
Cuci selama enam menit dengan deterjen 1/4 takaran dari yang dianjurkan
Bilas 2 – 3 kali hingga busa tidak ada atau hanya sedikit
Keringkan dengan spin selama 2 – 3 menit
Tentunya banyaknya air, deterjen, lamanya cuci dan bilas juga disesuaikan dengan banyaknya popok kotor yah. Biasanya aku nyuci seperti ini utk 2 – 3 set popok modern. Oh ya, ada juga yang menyarankan nyuci popok modern jangan dicampur pakaian biasa, tapi aku campur untuk menghemat air, listrik, waktu dan tenaga
Selain itu kalo mau merendam popok di air deterjen jangan lama-lama, mungkin sekitar lima menit aja. Sebaiknya sih ikuti saran pencucian yang biasanya tertera pada label masing-masing merk popok. Ada yang mengklaim ‘wash at any temperature’ seperti Blueberry Minky, ada juga yang menyarankan cuci dengan air panas di suhu 40 – 60° C, ada juga yang outer-nya sama sekali tidak boleh kena air panas seperti merk Coolababy. Bila masih terdapat noda pup setelah dicuci, biarkan saja dulu, jemur di bawah terik matahari, noda akan memudar. Kalaupun masih ada biasanya akan hilang pada pencucian selanjutnya.
Oh ya, untuk mencuci dengan mesin cuci otomatis (fuzzy logic ya istilahnya?) aku belum pernah jadi belum ada pengalaman. Kalo melihat cara kerjanya kayaknya lebih boros air. Bila cucian tidak terlalu banyak menurutku sebaiknya dicuci dengan tangan”.
Tentang PERENDAMAN


Tips dari Sitha Puspita:
“Bisa juga ditambahkan bubuk anti bakteri saat merendam dan/atau saat mencucinya, misalnya produk Mothercare Smart Nappy Soak atau Bambino Mio Fresh. Mungkin pakai Tea Tree oil juga bisa, silakan browsing untuk detailnya”.
Tips dari Adisty Budiman:
“Fitted diaper dan reusable liner yg ada fleece-nya biasanya tetap aku rendam sih, malahan semalaman, buat ngilangin pesing dan noda. Kalo pocket diaper dan diaper cover yang PUL-laminated memang gak aku rendam karena memang demikian sesuai anjuran kebanyakan produsen clodi, karena katanya bisa merusak atau melemahkan daya waterproofing (kalo minjam istilahnya ‘deteriorate’)”.
*****
Nah, tulisan ini adalah beberapa tips dari Ibu-ibu yang terbiasa menggunakan popok kain. Bisa dilihat, bahwa setiap Ibu punya cara sendiri, tetapi pada dasarnya tetap pada prinsip menggunakan sedikit deterjen, membilas sampai busa hilang, tidak merendam popok terlalu lama sebelum dicuci dan tidak menggunakan setrika setelah popok kering.

Silakan tentukan gaya Anda sendiri. Untuk informasi lebih lanjut atau berbagi pengalaman ber-popok kain ria, gabung di milis popok kain yaaa..

Dikutip dari : http://milispopokkain.wordpress.com/

APA ITU CLODI????

Apa Sih Clodi itu?

Beberapa waktu lalu, dunia resah dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Jerman mengenai efek buruk disposable diaper (popok skali pakai/pospak) terhadap bayi laki-laki dan lingkungan. Efek kemandulan yang menimpa 75% pria Inggris yang lahir di tahun tak lama setelah Pampers ditemukan oleh Victor Miller pada tahun 1950, menjadi topik utama perbincangan hangat di masyarakat.

Sebagai salah satu solusinya pada 2006, clodi pertama kali diperkenalkan di Amerika, produk ini langsung booming. Para ibu menyambutnya dengan antusias. Tak heran jika produk ini pun ludes dalam waktu sekejap.

Mari coba kita kuliti sedikit banyak tentang clodi

Clodi atau Cloth Diaper yang artinya popok kain, tidaklah sama dengan popok kain tradisional yang Anda kenal. Bentuknya pun unik dan lucu. Sama seperti celana bayi biasa, tetapi memiliki kancing, atau strap dari velcro. Popok yang lebih tepat disebut celana ini, dilengkapi sebuah penampung cairan (disebut insert) yang bisa diganti beberapa kali. Umumnya, clodi ini bisa digunakan 3 sampai 5 jam, bergantung pada masing-masing bayi, apakah sering pipis atau tidak. Daya serapnya yang tinggi bisa dijadikan solusi pengganti Pampers yang aman dan ramah lingkungan. Clodi bisa dijadikan solusi agar bayi bisa tidur dengan tenang di malam hari dan ketika bepergian.

Cara Kerja Clodi

Cara kerjanya adalah saat bayi pipis atau pup, pipis akan diserap oleh inner (bagian dalam clodi). Karena inner terbuat dari bahan yang memberikan sensasi kering (stay dry) seperti fleece atau bamboo, bayi tetap akan merasakan sensasi kering sehingga ia tidak rewel akibat pantanya yang basah. Air pipis selanjutnya akan diserap oleh bagian insert yang menjadi penahan air pipis tersebut yang memang didesain dari bahan yang menyerap dan menahan air pipis bayi. Kekuatan insertlah yang akhirnya menentukan seberapa lama clodi bisa bertahan menahan pipis bayi (berkisar 4 hingga 6 jam). Itulah sebabnya, jika bayi dirasa sering pipis disarankan untuk menggunakan dobel insert terutama pada malam hari, sehingga clodi dapat lebih banyak menahan air pipis bayi.

Walaupun clodi bisa bertahan, disarankan untuk mengganti popok paling tidak 4 jam sekali. Jika dirasa hanya bagian insert yang basah, maka cukup ganti bagian insertnya saja.

Nah, bagi Anda yang tidak ingin repot dengan popok kain tradisional, tetapi mengharapkan popok yang memiliki kemampuan hampir sama dengan disposable diaper, aman, dan ramah lingkungan, ada baiknya mencoba produk ini. Popok yang lebih layak disebut celana bayi ini bisa dijadikan solusi saat Anda membawa bayi bepergian. Yang jelas, Anda tidak perlu pusing lagi dengan efek buruk yang ditimbulkannya, karena clodi ini dijamin ramah lingkungan dan sehat. 

Saya dengan senang hati mengajak bunda2 beralih ke clodi, karena saya sudah merasakan sendiri manfaatnya, so sudah menjadi kewajiban saya untuk berbagi

dikutip dari : http://everlasting-journey.com

KENAPA HARUS CLODI

Semua orangtua menginginkan yang terbaik untuk buah hati tercinta, tetapi banyak yang tidak sadar akan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang saat harus memilih diantara popok kain (clodi) dan popok sekali pakai.

Pemakaian Cloth Diaper(Clodi) Sangat mudah… Seperti memakai popok sekali pakai, tetapi popok kain lebih baik untuk bayi, keuangan dan juga untuk lingkungan.

Clodi lebih nyaman dan sehat

Kami percaya bahwa kenyamanan dan kesehatan adalah salah satu alasan yang terpenting untuk memilih clodi karena terbuat dari bahan yang lembut, dan bersirkulasi udara yang memberikan anak anda rasa lembut dan nyaman. Clodi juga memiliki bahan bagian dalam yang mampu menyerap kelembaban untuk memberikan rasa tetap kering di pantat bayi. Popok kain tidak memiliki plastik yang menggesek kulit seperti banyak terjadi pada popok sekali pakai. Pernahkah bunda memperhatikan iklan popok sekali pakai? Bagian luar yang “seperti kain” – mereka juga menyadari bahwa yang paling nyaman adalah dengan menggunakan kain!

Popok sekali pakai mengandung bahan kimia, kertas plastic, dan tercatat menimbulkan masalah kesehatan yang serius yaitu reaksi alergi

Sebagai tambahan, ketika bunda membandingkan daya serap antara clodi dan popok sekali pakai, maka clodi memiliki daya serap yang sedikit lebih rendah. Ini adalah hal yang baik! Clodi mulai basah/lembab rata-rata setelah 4 jam dipakai sedang penyerap ultra pada popok sekali pakai menyembunyikan kelembaban/kebasahan. Artinya anak-anak akan lebih sering mengganti clodi daripada anak-anak yang menggunakan popok sekali pakai (yang berarti duduk di atas kotoran mereka sendiri lebih lama).

Setiap anak memiliki perbedaan toleransi terhadap produk pospak, bundalah yang paling mengerti keadaan sikecil dan memutuskan popok mana yang cocok untuk buah hati tercinta.

Clodi lebih ekonomis

Penggunaan clodi lebih ekonomis dibandingkan popok sekali pakai. Meskipun biaya awal clodi lebih mahal, tapi anda akan menghemat banyak karena clodi dapat bertahan bertahun – tahun. Tidak hanya bertahan lama, tapi clodi semakin lama semakin baik, karena semakin sering dicuci maka semakin kuat pula daya serapnya, dan hal ini tidak akan kita dapatkan dari popok sekali pakai. Sebagai tambahan, bila digunakan sesuai aturan clodi dapat disimpan untuk diwariskan kepada adik-adiknya kelak.

Mari kita hitung bersama :

Pemakaian pospak

Dengan perhitungan minimal, jika dalam sehari hanya menggunakan 3 pcs saja

Dalam satu bulan : 3pcs x 30 hari x @ Rp. 1.500,- = 135.000/bln

Dalam satu tahun (tdk memperhitungkan kenaikan harga): 1.620.000

Bila si kecil memakai pospak dalam 2tahun (tdk memperhitungkan kenaikan harga) : 3.240.000

Pemakaian Clodi One Size:

Bila mencuci tiap hari maka kita membutuhkan 10 popok utama dan 5 cadangan. Kita hitung max 15 pcs

15 x Rp. 75.000,- = 1.200.000

Lebih ekonomis bukan…..

Popok kain lebih ramah lingkungan

Popok sekali pakai meninggalkan jejak sisa kotoran dan polusi – rata-rata mencapai 2,7 ton dari sampah yang tak dapat terurai oleh alam dihasilkan per tahunnya, belum dihitung sampah yang dihasilkan pada saat pembuatan popok sekali pakai. Pada bungkus popok sekali pakai menyarankan agar kotoran pada popok bekas pakai dibuang saja di toilet, tetapi banyak orangtua yang tidak menyadari hal itu. Ini berarti kotoran manusia akan mencemari tanah dan kemudian air tanah, yang sangat memungkinkan dapat menyebarkan penyakit. Popok kain melepaskan kotoran ke tempat yang semestinya – ke dalam system jahitannya yang kemudian dibuang ke pembuangan air kotor dari perumahan (pada proses pencucian). Sebagai tambahan produk popok kain dapat dipakai hingga masa pakainya habis, kemudian jika dibuang dapat membusuk secara alami dan kembali ke tanah.

dikutip dari : http://everlasting-journey.com